Skip to main content

Menggunakan Antibiotik untuk Radang Tenggorokan dengan Tepat

Menggunakan antibiotik untuk radang tenggorokan sebaiknya tidak dilakukan sembarangan. Antibiotik adalah obat untuk mengatasi radang tenggorokan akibat infeksi bakteri. Agar pengobatan untuk radang tenggorokan optimal, harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Antibiotik bekerja dengan cara membunuh bakteri penyebab radang tenggorokan. Jika radang tenggorokan itu disebabkan oleh infeksi virus atau paparan polusi seperti asap rokok, antibiotik tidak akan memberikan efek apapun.
Menggunakan Antibiotik untuk Radang Tenggorokan dengan Tepat - Alodokter

Kapan Perlu Mengonsumsi Antibiotik?

Umumnya radang tenggorokan ditandai dengan gejala suara serak, batuk ringan, sakit kepala, tidak enak badan dan nyeri menelan. Selain itu, gejala lain yang dapat timbul yaitu demam, lelah dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Sakit tenggorokan biasanya memburuk selama 2-3 hari, kemudian akan membaik dalam waktu satu minggu.
Sakit tenggorokan yang berlangsung terlalu lama atau parah, kemungkinan akan disarankan dokter untuk menggunakan antibiotik. Selain itu, antibiotik untuk sakit tenggorokan juga akan diberikan pada orang dengan kondisi khusus, misalnya sedang menjalani kemoterapi, pernah menjalani pengangkatan limpa, atau memiliki riwayat penyakit tertentu seperti demam rematik atau gangguan katup jantung.
Jika menimbulkan keluhan yang mengganggu, misalnya demam, batuk, atau nyeri tenggorokan yang parah, dokter juga dapat memberikan obat radang tenggorokan jenis lain untuk mengatasi keluhan tersebut.
Untuk memastikan sakit tenggorokan disebabkan oleh bakteri, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dengan metode swab atau usap di sekitar tenggorokan untuk mengidentifikasi bakteri penyebab radang tenggorokan, jika diperlukan.
Jenis Antibiotik untuk Radang Tenggorokan dan Dosisnya
Jika Anda mengalami radang tenggorokan karena infeksi bakteri, umumnya antibiotik untuk radang tenggorokan yang akan diberikan melalui resepkan dokter adalah amoxicillin, cephalosporin, erythromycin, atau clarythromycin. Pemakaian antibiotik perlu disesuaikan dengan pola penyebaran kuman yang menjadi penyebab radang tenggorokan. Karena itu, pilihan obat antibiotik untuk radang tenggorokan perlu mengikuti rekomendasi dokter.
Selain membunuh bakteri, antibiotik untuk radang tenggorokan juga memiliki manfaat lain seperti:
  • Meredakan gejala-gejala yang ditimbulkan dari radang tenggorokan.
  • Mencegah penyebaran bakteri ke bagian tubuh yang lain.
  • Mencegah komplikasi yang mungkin ditimbulkan akibat radang tenggorokan terkait infeksi bakteri, seperti sinusitisradang amandel, demam rematik, pneumonia, serta bronkitis.
Lama penggunaan antibiotik untuk radang tenggorokan berbeda-beda, tergantung kondisi pasien. Umumnya dokter akan meresepkan antibiotik ini untuk digunakan selama sekitar 10 hari. Meski merasa sudah mulai membaik, Anda diharuskan untuk tetap menghabiskan antibiotik sesuai dengan resep yang diberikan dokter.
Jika penggunaan antibiotik untuk radang tenggorokan dihentikan lebih cepat dari resep dokter, dikhawatirkan sebagian bakteri yang menjadi penyebab radang di tenggorokan masih hidup dan dapat menyebabkan radang tenggorokan kambuh lagi.

Mempertimbangkan Efek Samping

Selain memiliki sejumlah manfaat, antibiotik juga punya beberapa efek samping yang mungkin akan Anda rasakan setelah mengonsumsinya. Misalnya sakit perut, mual, muntah, nafsu makan hilang, atau diare. Biasanya efek samping itu hanya sementara. Setelah pengobatan dihentikan, efek samping tersebut juga akan hilang dengan sendirinya.
Namun, sebagian orang dapat mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi jenis antibiotik tertentu. Reaksi alergi yang dapat terjadi mulai dari bersin-bersin, muncul ruam merah, pusing, sesak napas, atau jantung berdebar. Jika merasakan kondisi ini, segera hubungi dokter untuk mendapat penanganan sekaligus menghindari risiko yang lebih parah.
Bahaya lain yang dapat terjadi jika menggunakan antibiotik tidak sesuai indikasi adalah munculnya kekebalan bakteri. Kondisi ini bisa berbahaya karena jika terjadi kekebalan pada bakteri, maka pengobatan dengan antibiotik akan menjadi kurang efektif di kemudian hari. Karena itu, sebaiknya hindari mengonsumsi antibiotik secara bebas.

Comments